Kamis, 17 Desember 2015

Orang Tua dan Harta Anaknya

Heningnya malam saat itu membuatku seolah punya waktu untuk membangkitkan rasa kantuk, membaca buku salah satu caranya, namun saat membacanya ada hal yang menarik, seperti inilah kisahnya:

Pernah seseorang  laki-laki datang kepada Rasulullah SAW mengadukan ayahnya yang hendak mengambil hartanya, ia berkata, “Ya Rasulullah,aku memiliki harta kekayaan dan anak. Sementara, ayahku berkeinginan menguasai harta milikku dalam perbelanjaan. Apakah yang demikian ini benar?”

Jawab Rasulullah, “Dirimu dan harta kekayaanmu adalah milik orangtuamu.”(HR. Ibnu Majah dan Tabrani dari Jabir bin Abdillah)

Pernah suatu ketika, datang seseorang laki-laki mengadukan tentang ayahnya yang merampas seluruh hak miliknya. Lelaki itu berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasullah, ayahku telah merampas seluruh harta kekayaanku.”

Jawab Rasulullah, “Dirimu dan seluruh harta kekayaanmu merupakan penghasilan kerja ayahmu.” (HR. Imam Bazzar dan Thabrani dari Abdullah bin Umar)

Dalam kisah lain seseorang  laki-laki datang kepada Rasulullah SAW dan melaporkan ayahnya yang hendak mengambil semua harta kekayaannya.

Dia berkata, “Ya Rasulullah, ayahku hendak mengambil seluruh uang hasil jerih payahku.” Jawab Rasulullah, “Kembalillah dan ajak ayahmu ke sini.”

Bersamaan dengan itu, Malaikat Jibril datang menyampaikan salam dan pesan Allah kepada beliau. Dia berkata, “Wahai Muhammad, Allah mengucapkan salam kepadamu, dan berpesan bila orang tua itu datang, kamu harus tanyakan apa-apa yang dikatakan dalam hatinya dan tak didengarkan oleh telinganya.”

Ketika orang tua itu tiba, maka Rasulullah pun bertanya kepadanya, “Mengapa anakmu mengadukanmu?”Apa benar kamu hendak mengambil seluruh harta kekayaan anakmu”
Lelaki itu menjawab, “Tanyakan saja kepadanya wahai Rasulullah?” bukankah aku menafkahkan uang tersebut untuk kepentingan beberapa paman dan pihakku dan bibi dari ibunya atau untuk kepentinganku sendiri?”

Rasulullah bersabda lagi, “Lupakanlah hal itu, sekarang ceritakan kepadaku apa yang kamu katakan dalam hatimu dan tak pernah didengar oleh telingamu!”
Wajah keriput laki-laki itu berubah cerah dan tampak senang, dia berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah telah berkenan menambah kekuatan imanku dengan kerasulanmu. Memang aku pernah menangisi nasib malangku dan kedua telingaku tidak pernah mendengar.”

Rasulullah mendesak, “Katakanlah! Aku ingin mendengarnya.”
Maka lelaki itu berkata dengan sedih dan air matanya berlinang, “Anakku.. aku mengasuhmu sejak bayi, memeliharamu sewaktu muda, seluruh hasil usahaku engkau minum, engkau reguk puas. Bila pada malam kelam engkau sakit, hatiku resah, gundah gulana, mata terpejam tiada tidur, memikirkan derita dan sakitmu. Seakan dirikulah yang sakit, bukan dirimu yang menderita. Kemudian air mataku berlinang dan mengalir deras, hatiku dihantui rasa takut, engkau dihampiri sang maut. Padahal diriku tahu maut akan menghampirimu juga. Ketika dirimu mencapai dewasa, menggapai yang dicita-citakan, aku engkau balas dengan kekerasan, kekasaran, dan kekejaman saka dirimu si pemberi nikmat dan keutamaan. Kini, kau perlakukan daku bak tetangga jauhmu. Dirimu tiada lagi mampu memenuhi hak kewajiban buat ayah ibumu. Engkau senantiasa menyalahkan, membentak, dan menghardik ayah ibumu yang semakin menua. Seakan kebenaran menempe pada dirimu saja. Seakan kesejukan untuk orang yang benar terserah atas dirimu.”

Ketika itu Rasulullah SAW langsung menjambak kerah baju anaknya seraya bersabda, “Dirimu dan harta kekayaanmu adalah milik Ayahmu.”(HR. Tabrani dari Jabir, disebutkan dalam kitab As Shoghir dan Al Ausath)

Lantas bagaimana bila tidak memiliki harta sama sekali? Tentu melakukan sesuatu yang menyenangkan orang tua juga sama nilainya seperti melayani dengan memenuhi semua kebutuhannya. Misalnya, menyiapkan makan dan minum atau membantu orang tua ketika hendak berdiri, mencucikan pakaiannya, membersihkan kamarnya dan yang lainnya.


Bagaimanakah? sudah pernah mendengarkan ceritanya? semoga kita tidak memiliki sikap seperti pemuda tadi, orang tua adalah harta paling berharga, tanpanya kita tak akan pernah ada dan mungkin takkan jadi apa-apa. 

Sabda Rasulullah "ceritakan kepadaku apa yang kamu katakan dalam hatimu dan tak pernah didengar oleh telingamu” sebuah menuntun kita untuk berkata sejujur-jujurnya dari hati nurani paling dalam. Sampai-sampai dari apa yang tak pernah didengar oleh telinga kita sendiri. 

Kisah di atas dikutip dari buku "Keajaiban Doa dan Ridho Ibu" yang ditulis Mutia Mutmainnah. Semoga bermanfaat. 

Sabtu, 28 November 2015

Tulisan dalam secarik kertas

http://bestinspired.com/10-best-diy-paper-wall-decor-ideas/

Cuaca terik di luar seakan akan membuat raga ini tak mau keluar menyapa matahari, Secarik kertas telah dirobek dan kutulislah apa yang ada dalam benak ini. Kadang kala bosan menghampiri, setelah menjalani rutinitas dalam beberapa hari ini. Kertas itu mulailah ditulis, namun tak serapi biasanya. Banyak hal yang ingin aku tulis dalam secarik kertas itu, namun hanya beberapa kalimat saja.

Apa yang akan kutulis?

Semua tentang apa yang dulu kujalani, apa yang saat ini kujalani, dan apa yang akan kujalani nanti. Memang tak semua suka menuliskan apa yang ada dibenaknya, terkadang apa yang kutulis selalu lebih teringat daripada hanya terlintas saja dipikiran. 5 tahun yang lalu pernah kutuliskan dalam sebuah kertas kemudian dilapisi karton, bertuliskan “Aku Harus Lulus 4 Tahun” Sederhana saja. Tepatnya pada bulan Agustus 2010 silam, ditempellah karton itu di kosan saat memasuki tahun pertama perkuliahan dan beberapa teman pun yang datang turut menandatanganinya hehe. Padahal bukan surat perjanjian apa-apa atau surat kesepakatan. Setidaknya kawan-kawan waktu itu ikut mengaminkan untuk dirinya, untukku dan untuk lainnya agar bisa lulus 4 tahun.

Namun apa yang terjadi saat tahun pertama berakhir? Saat semester pertama, berada di titik batas aman. Namun kekhawatiran itu muncul, saat tahun pertama berakhir petaka justru datang, sungguh di luar harapan, IPK turun drastis. memang tak hanya aku saja, mahasiswa lain juga seperti itu. Namun hal tersebut tidaklah jadi pembenaran. Lalu bagaimana dengan tulisan tadi? Biarlah (walaupun jadi sedikit stres sih). Setidaknya tulisan itu menjadi pengingat tentang target lulus 4 tahun. Di sini barulah mulai sadar mengenai ada yang salah dalam pola belajar, tak apa.. setidaknya belajar dari kesalahan untuk ke depan lebih baik daripada berkutat dengan masa lalu. Mulai dari adaptasi saat kuliah menjadi pelajaran penting waktu itu, Pola belajar saat SMA sebaiknya tidak dipakai saat kuliah dan ketika masa perkuliahan dituntut lebih tentang materi pemahaman materi perkuliahan.

Tahun kedua berakhir, dan Alhamdulillah sudah mulai ada perbaikan setelah stagnan di semester 3, mencapai target 4 tahun terasa berat, setidaknya punya jatah 3 tahun lagi. Saat momen itu hadir, akhirnya dalam waktu yang cukup lama yakni 2 tahun untuk mendapatkan IPK batas aman (sudah tahu lah ya maksudnya..) tepatnya saat semester 6 berakhir. akhirnya setelah sekian lama harapan itu tetaplah ada. Pada akhirnya, 4 tahun bisa tercapai. Ternyata apa yang ditulis lebih mempengaruhi psikologis daripada yang tidak ditulis, walaupun hal sederhana sekalipun.

Apa yang dituliskan seolah sebuah sugesti, sama halnya apa yang diucapkan oleh lisan yang menjadi doa. Ucapan akan menjadi sebuah doa karena disaksikan oleh malaikat dan ia akan mencatatnya.

Tulisan dalam secarik kertas memang seperti tak berharga, namun setidaknya lebih diingat. Tulisan yang dibaca orang lain mungkin akan lebih berguna bahkan boleh jadi diaminkan daripada disimpan sendiri saja.

Selanjutnya, Saat membaca sebuah buku, kutemui sabda Rasulullah SAW dalam sebuah kisah yang sangat dalam maknanya, “sekarang ceritakanlah kepadaku apa yang kamu katakan dalam hatimu dan tak pernah didengar oleh telingamu”. Renungkanlah.. See You Next... #Preview

Minggu, 01 November 2015

Rahasia Lainnya


http://theberry.com/2014/04/29/let-me-show-you-the-shape-of-my-heart-20-photos/

Ketika menyusuri jalan, kemanakah aku melangkah? Yang tahu hanya beberapa orang saja. Di tengah orang berlalu lalang, yang sedang mencari peruntungan sana sini. Masih ada rahasia lainnya yang belum aku temui. Apakah itu? Orang sering menyebutnya “jodoh”. Ya itulah rahasia lainnya, yang belum aku temui. Pada saat janin berumur 120 hari, Alloh SWT mengutus malaikat untuk meniupkan ruh dan menulis rezeki, ajal, dan apakah dia celaka atau bahagia. Begitulah yang sering disebut-sebut sudah tertulis di “lauhil Mahfudz”itu. Secara harfiah berarti “kitab yang terpelihara” Al-Waqiah: 78, dalam redaksi lain di Al-Qurán yakni “kitab yang nyata” An-Naml: 75. Kitab dimana Alloh SWT menuliskan segala skenario segala seluruh skenario catatan kejadian di alam semesta.

Lalu bagaimana dengan sikap kita jika segalanya sudah diatur, apakah kita diam saja?. Tentu tidak setuju kan. Di dunia ini yang hanya seolah menyeberangi jalan saja dibandingkan kehidupan selanjutnya, kita hanyalah sebagai pemeran, tidak lebih. Namun bukan berarti diam saja ya, konteks ini hanya berlaku ketika kita sudah berikhtiar untuk mencapai keinginan kita, pada akhirnya kita mesti sadar bahwa semuanya sudah menjadi Qada Alloh SWT.

“Jodoh”, kata yang begitu sensitif akhir-akhir ini, kenapa coba? Sudah banyak undangan tersebar, terus aku kamu menjadi kita kapan? just intermezzo hehehe.. coba deh bayangkan kalo kita sudah tahu siapa jodoh kita gimana yah..? seolah-olah kita tidak berperan dalam hidup ini. Serasa sudah tak ada tantangan lagi kalau seandainya sudah tahu, seandainya kita bertanding bola contohnya, kita sudah tahu hasilnya, karena “pengaturan skor” bagi ia yang sudah tahu, sudah tak ada gunanya lagi pertandingan itu. Seperti itulah kira-kira.
Jadi masih risau masalah jodoh? Masih centil karena risau masalah jodoh, kurang-kurangi ya. Kita mesti yakin dengan Firman-Nya Surat An-nur: 26 bahwa “wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”. Sudah semestinya memantaskan diri terlebih lagi untuk mempersiapkan diri. Hal tersebut juga sifatnya alamiah, karena Alloh SWT lah yang membolak balikkan hati manusia, Dialah yang memberikan cinta sebagai anugerah di antara laki-laki dan perempuan. Di sini pula, keduanya diberi kewajiban ikhtiar, dan berhak memilih siapa yang terbaik yang akan menjadi pasangan hidupnya masing-masing.

Anugrah cinta yang diberikan Alloh SWT untuk membangun “baiti jannati (Rumahku Surgaku) ” Hasil yang baik itu berproses dari awal yang baik, perkenalan yang baik, pertemuan yang baik dan dengan cara yang baik pula. Tentu kita semua berharap apa yang terjadi selalu sesuai dengan harapan, jika tidak sesuai maka ingatlah bahwa Alloh SWT lebih tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Tentu tak lupa yang satu ini “Apabila engkau mendamba seorang yang berbudi tanpa cela, mungkinkah gaharu menebarkan wanginya tanpa asap?” (Majma Al-Hikam wal Amtsal fi ASy-Syi’r Al-‘Arabi). Kiranya sudah paham maksud syair di atas.


“Jika ditarik dari garis waktu, kita hanya menyeberangi jalan bukan menyusuri jalan. Semoga kita dipertemukan di jalan yang baik dan cara yang baik pula”;)

Sabtu, 10 Oktober 2015

Berubahlah!!!




Hidup ini penuh dinamika, di mana perubahan selalu ada. Di mana sebuah pertemuan, membuat aku tahu beberapa hal yang sebelumnya aku ketahui, bagaimana tidak? Belajar di universitas kehidupan ini tentunya sungguh kompleks. Seperti silaturrahim ke teman SMA dulu saja, yang kini sudah menikah dan perubahan itu nampak jelas, sekitar 6 tahun lalu saat SMA, sudah tahu karakter dan kesehariannya, kini telah berubah menjadi ibu rumah tangga, jarak 5 tahun tentunya waktu yang lama untuk berubah, kini aku bisa membandingkan keadaan dulu dan sekarang. Kini aku belajar mengenai perubahan yang terjadi dan setiap orang berubah, selain waktu yang pasti berubah ada hal-hal lain yang berubah dari titik satu ke titik yang lain.

Aku pernah mendapati teman yang dulunya bandel saat sekolah, namun selang beberapa tahun kemudian bertemu ia menjadi guru, dulunya badung kini sudah menikah di usia muda, dan lain-lain.. banyak hal yang tak disangka, karena kita tahu apa yang orang lain lakukan saat sudah tidak berada di tempat yang sama lagi, berpisah setelah lulus sekolah, berpisah setelah lulus kuliah, dan banyak hal lain lagi. Selama itulah proses perubahan terjadi, belajar menjadi orang yang semakin tahu. Ada istilah “Tua itu Pasti Dewasa itu Pilihan”, begitulah perubahan itu terjadi, ketika seseorang semakin dewasa dan punya tujuan masing-masing, ia akan berubah ke arah yang diinginkannya. Namun apa jadinya jika hanya waktulah yang berubah namun ia masih jalan di tempat? Jangan sampai kita malah tertinggal orang lain..

Sering-seringlah bersilaturrahim karena dengan bersilaturrahim, itu akan melapangkan rizki, memanjangkan umur, terkadang dengan masalah yang ada akan terasa beban yang dihadapi akan berkurang setelah silturrahim, sharing dengan sahabat maupun sanak saudara. Banyak hal yang bisa diceritakan dan tak jarang saran-saran dari orang lain biasanya muncul untuk menghadapi masalah kita, ketika hati ini penat hiburan malah datang saat berkumpul bersama sahabat atau keluarga, aku sering kali jenuh di tengah-tengah aktivitas rutin dan saat libur, tak jarang untuk berkunjung ke tempat teman, sekarang untuk siturrahim, berkunjung ke tempat saudara, maupun pulang kampung. Maklum saya sedang merantau.. Hehe.

Bagaimana kalau datang undangan untuk berkumpul dengan kawan lama namun tak bisa hadir? Selama itu masuk akal dan wajar, mohon maklum. Jangan pernah kamu menganggap ia tak solider atau sudah tak mau lagi reunian.. karena orang sudah punya kesibukan masing-masing, ada yang tidak bisa ditinggalkan, ketika sempat saya akan hadir. Diusahakan..

Seseorang berkembang karena ada harapan, karena ada tujuan yang ingin dicapai. Orang tak serta merta berubah. Tentulah yang kita harapkan adalah perubahan dari tidak baik menjadi baik, dari baik menjadi lebih baik dan dari lebih baik menjadi yang terbaik. Tanpa ada alasan rasanya sulit untuk berubah, terutama tujuan yang paling utama yakni bahagia di dunia dan di akhirat. Manusia berjalan di bumi dari mana asalnya? Dan mau ke mana tujuan akhirnya? Tentu kamu sudah tahu jawabannya. Orang cenderung berubah setidaknya ada satu alasan. Entah disadari atau tidak, Allah sendiri sudah memberikan petunjuk dalam Firman-Nya, (Ar-Ro’du: 11) bahwa Allah Swt tidak akan merubah keadaan suatu kaum sampai kaum tersebut merubah pada diri mereka sendiri. Manusia sudah ada takdirnya dan juga sudah diberi hak untuk ikhtiar.

Berubahlah ke arah yang lebih baik kawan.. Keep spirit!!!


Minggu, 30 Agustus 2015

Dua Karung Kerupuk

Sebuah misteri


Pagi ini, waktu menunjukkan pukul 03.30 WIB, aku terbangun dari tidur. Tak ada mimpi semalam, tidur begitu lelap. Semilir angin berhembus di tengah dinginnya malam, ternyata bis yang saya tumpangi sudah sampai tasik. Bergegaslah turun dari bis untuk melanjutkan perjalanan ke Ciamis, berdiri di antara orang-orang yang juga sama sepertiku menunggu bis ¾ untuk melanjutkan perjalanan. Setelah menunggu beberapa menit, datanglah bis jurusan Cilacap. Bis yang aku tumpangi sudah ada beberapa orang yang naik, waktu pun menunjukkan jam 03.40 WIB, di tengah perjalanan, tepatnya di daerah Cikoneng, Ciamis. Seorang bapak-bapak naik dengan membawa dua karung besar yang berisi kerupuk. Dalam pikiran, dua karung kerupuk tadi tidak lain ada adalah untuk dijual. Waktu itu otak itu berfikir keras, di jual kemanakah kerupuk tadi? Mungkin di daerah banjar. Tapi sejauh itukah? Sampai aku turun pun, bapak itu belum turun juga, sudah dua kali aku menyaksikannya dalam waktu yang berbeda, Dalam hati ini bergeming, tak sempat aku tanyakan kepada bapak-bapak tadi. Posisi tempat duduk yang lumayan jauh dan aku sudah hampir sampai tujuan. Aku pun turun di pamalayan dan sudah ada kakak yang menjemput. Tepat pukul 04.15 WIB akhirnya sampai di rumah. Melanjutkan prasangka tadi, kurasa bapak tadi membawa kerupuk untuk dijual sepagi itu? Mungkin dari jam 03.00-an dia sudah menunggu bis utk mengantarkan kerupuk tadi. Di luar sana banyak yang masih tidur, dan belum memulai aktivitasnya, bapak-bapak tadi sudah siap memulai aktivitasnya mencari nafkah, kalau bukan untuk keluarganya, Siapa lagi?  Jam betapapun tak lagi ia pedulikan untuk mencari nafkah, nafkah yang ia cari sebagai bentuk ibadah dan bentuk tanggung jawab sebagai kepala keluarga.

Kawan, sudahkah hari ini kita bersyukur? Bersyukur dengan nikmat yang Allah berikan, nikmat sehat, menghirup udara segar, terkadang kita mengeluh dengan keadaan kita saat ini padahal di luar sana ada orang yang lebih berat aktivitasnya namun mereka tidak mengeluh, satu sisi cobalah renungkan, pada orang terdekat kita, misalnya ayah dan ibu, bagaimana aktivitas sehari-harinya, di saat orang lain tidur, ia sudah disibukkan dengan mencari nafkah demi keluarganya, di saat orang lain beristirahat, ia masih beraktivitas hingga tak terasa kantuk mulai menyerang, kurang tidur setiap hari begitu seterusnya.

Mudah-mudahan ada hikmah di setiap perjalanan yang kita lalui, ada pelajaran yang kita ambil supaya terus berubah ke arah yang lebih baik.


Senin, 17 Agustus 2015

Terbelenggu masa lalu




Begitu banyak hal yang diperoleh masa lalu, namun apakah itu berarti? banyak yang bilang kalau masa lalu itu bagian dari sejarah, istilahnya track record. Ada juga yang menyatakan sebagai saksi hidup bagi dirinya sendiri. masa lalu akan terkenang ketika apa yang dilalui adalah jalan yang indah. namun akan menjadi pahit jika masa-masa kelamlah yang selalu ada di benak. sebuah hadits diambil dari kitab Bulugh al maram:
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ, وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ, فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اَللَّهِ عَلَيْكُمْ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu karena hal itu lebih patut agar engkau sekalian tidak menganggap rendah nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu." Muttafaq Alaihi. 
setidaknya ada dua pelajaran yang bisa di ambil hikmah dari hadits di atas. pertama: masa lalu hanyalah masa lalu, tataplah masa depan. Masa lalu akan menjadi pelajaran berharga untuk orang-orang yang berfikir. kedua, menyukuri nikmat yang telah diberikan Allah. keadaan saat ini, inilah yang tuhan takdirkan. berfikirlah dengan keadaan orang lain yang belum memiliki nasib lebih baik, namun mereka tetap berusaha dengan segala keterbatasan yang ada. Jika masa lalu menjadi penghalang semangat, justru hal itu hanya akan mengunci diri untuk berbuat lebih baik.
Jiwa yang tenang, optimis, punya spirit luar biasa ketika kita sudah memilikin sandaran yang pasti yakni Allah SWT. seberapa kelamnya masa lalu takkan menjadi hambatan berarti.
semua orang punya lika liku hidup masing-masing.
masa lalu tetaplah penting, tapi action saat ini jauh lebih penting.
untuk masa depan lebih baik. 
semangaaaaat!   

Metamorphosa Kehidupan

Pantai Batu Karas, 18 Juli 2015

Apa kabar hari ini..? mudah-mudahan baik-baik saja, ia.. pernahkah terlintas dalam benak jika beberapa tahun yang lalu, nanti kalau sudah besar akan jadi apa? Ada yang ingin jadi pilot, masinis, arsitek, polisi, guru. Namun apa yang terjadi hari ini? Hal yang saya alami adalah cita-cita itu berubah seiring berjalannya waktu. Saat SMA, cita-cita yang dulunya jadi pilot berubah jadi engineer contohnya. Lalu kenapa cita-cita itu berubah? Proseslah yang merubahnya, tantangan yang dihadapi. Boleh jadi keadaan itulah yang merubahnya. Selanjutnya adalah saat keluar dari SMA mau melanjutkan studi ke mana? Tentu itulah yang menentukan cita-cita tercapai atau tidak.

Pernah kita sadari bahwa masa lalu itu selalu mencerminkan apa yang akan dipetik selanjutnya? Saya sendiri pernah menilik seseorang, memiliki kemampuan yang luar bisa, dan pada akhirnya sukses saat dewasa, ada yang tadinya badung alias bandel seiring berjalannya waktu dia juga punya kemampuan yang lumayan. Hingga ada akhirnya nyatanya adalah apa yang kamu sukai itulah yang menjadikan kamu bisa mengapa cita-citamu. Punya kemampuan alias skill pun harus belajar dengan sungguh-sungguh, tanpanya Kamu hanya akan meratapi kegagalan.

Perjuangan itu perih, saya terutama akan selalu mengingat apa yang dilakukan kedua orang tua, sampai akhirnya saya bisa seperti sekarang, lulus S1..  selama 23 tahun membiayai saya, takkan pernah terbayar dan betapa luar biasa perjuangannya. Ada salah satu pelajaran yang saya ambil dari orang tua saya, “kerjakanlah sebisa mungkin dan terbaik”, memperjuangkan anak hingga kuliah dengan keringat dan air mata itu hal yang tidak akan pernah saya lupakan. Bagaimana tidak, saya selalu menangis ketika menceritakan perjuangan orang tua, pernah suatu ketika di kelas saat SMA, menceritakan bagaimana kerasnya hidup untuk menghidupi dan menyekolahkan anaknya.
Untuk berbakti kepada orang tua tentunya, hanya bisa dilakukan dengan menuruti apa permintaannya. Sewaktu masih bersekolah, sewaktu masih hidup bersama orang tua. Bahkan di perantauan pun saya sudah menjadwalkan untuk pulang ke kampung halaman.

Selama 19 tahun saat itu lulus SMA, tinggal bersama orang tua dan saya Alhamdulillah dididik dengan begitu penuh kasih sayang. Pendidikan orang tua hingga kini terasa sampai sekarang, pesan “jangan pernah meninggalkan sholat”. Itu merupakan sebuah alarm bagi orang tua saya, bagaimana pun juga saat usia 19 tahun, kehidupan baru dimulai di bangku perkuliahan di Bandung (padahal di Jatinangor). Jauh dari orang tua, hidup mandiri dan tak ada yang mengingatkan lagi.. ya kini aku mulai sadar bahwa di dunia luar hanya kamu yang bisa mengingatkan dirimu sendiri, tidak ada lagi, saat itu orang tua sudah percaya bahwa aku bisa mengurus diri sendiri. Pulang sebulan sekali tinggal 2 hari 3 malam kalau libur, paling panjang libur satu bulan saat libur semester.

Saat masih sekolah malah, merasakan apa yang orang tua rasakan adalah pelajaran yang paling berharga, bagaimana bekerja di sawah, berdagang, belanja ke sana kemari, dan terik matahari yang menyengat melalui pembuluh darah. Begitu berharganya uang, sampai-sampai orang tua selalu mendahulukan kepentingan anaknya daripada dirinya sendiri. Dengan begitu saya pun menghargai segala pemberian orang tua, betapapun dan tidak menghambur-hamburkannya.

Kawan, masa lalu memang seperti kita becermin di atas air yang bening di sebuah kolam, mungkin aliran gelombang membuat bayangan tak terlihat jelas, namun ada saatnya kita sadar bahwa inilah asalmu yang sebenarnya, jangan pernah lupakan dari mana kamu berasal. Karena cerminan itu tetaplah ada sampai kapan pun.


Melepas Lelah


Lelah.. bagaimanakah kabar harimu? Apakah menyenangkan? Beraktivitas pastilah kita merasa lelah. Lelah karena energi yang dikeluarkan seharian, terkadang otak sudah mulai tak bisa berfikir lagi. Kalau mengobrol sudah tidak karuan. Hari sudah malam dan lelah terus menghadang, merebahkan tubuh di kasur. Tidur menjadi satu-satunya jalan.. karena sehabis lelah terjadilah kantuk, kalau sudah mengantuk.. tak terasa malah ketiduran.


Kejadian di atas sudah sering.. alamiah.. ketika tubuh sudah merakan kelelahan maka otot-otot pun menunjukan ekspresi kelelahan, namun apakah kamu pernah memaksakan beraktivitas walaupun sudah lelah, efeknya malah keram otot. Saya sering kali malah akan lebih memilih tidur daripada dikerjakan tak maksimal. Tubuh juga punya hak untuk beristirahat.  Jika lelah sudah melanda, lebih baik beristirahat. Kadang saya merasa heran.. rela memaksakan namun efeknya malah jadi sakit nantinya. Sebelum memperhatikan orang lain haruslah memperhatikan diri sendiri. Bagaimanapun kondisinya, aktivitas pun harus di-manage supaya tubuh selalu sehat.
biasakan untuk tidak berlebihan dalam beraktivitas.. seimbangi dengan istirahat.
melakukan aktivitas berat tanpa diringi istirarahat yang cukup malah akan membuat tubuh jadi sakit bukannya sehat.
sejenak mungkin jika dipaksakan tak terasa efeknya, namun lama kelamaan malah menjadi lebih buruk atau tidak terduga sama sekali.
keep your health.. 
jika lelah maka istirahatlah, 
jika mengantuk maka tidurlah,

Sabtu, 20 Juni 2015

Berkumpul bersama sahabat



Saat panas terik menyengat kulit, perjalanan menuju Bandung mengiringi. Waktu 3 jam yang ditempuh dari Jakarta, saat-saat weekend memang selalu ramai. Tak terasa telah sampai akhirnya, ke jatinangor terlebih dahulu kemudian berangkat bersama teman kampus. Sampai jam 10 pagi akhirnya bisa beristirahat sebentar, di kosan dulu pas masih kuliah. Menuju jam dua belas selepas sholat dhuhur, makan siang di jatinangor sudah sekian lama tak menyicipinya. Kantin Jatinangor, tempat makan murah meriah pas untuk mahasiswa jadi langganan juga pas masih kuliah, menu yang tentunya berbeda dari warteg lain, waktu beranjak menuju jam 1 sembari menunggu nur, kesar dan Erwin, menuju Bandung.

Di Bandung sendiri sudah menunggu teman kosan dulu, yang kini bekerja di Bandung Kang Harry, perjalanan satu jam akhirnya sampai di tempat tujuan yaitu di alun-alun Bandung, kini alun-alun yang sudah ditata raih, kami menyempatkan berfoto berlima di alun-alun. Setelah solat Ashar sekitar jam 4-an kami akhirnya sesuai rencana memutuskan untuk ke caringin tilu, sebuah bukit dataran tinggi arah padasuka, Bandung. Sampai di lokasi sekitar jam 5-an, waktu yang pas untuk foto sunset. Lumayan bisa tauke beberapa foto. Dari caringin tilu inilah Bandung dapat terlihat dengan jelas dari atas bukit, cuaca cerah pun mendukung suasana. Udara dingin pun mulai terasa di sini, brrr.. udara dinginnya... meski tak sedingin lembang, tapi lumayan lah. Gazebo tempat makan kali ini lumayan untuk bersantai-santai berlima, lumayan lah.. bercerita panjang lebar mengenai keseharian kali ini. Walaupun sudah tak lagi berkumpul sama-sama, namun menyempatkan bersilaturahim.

Raga ini memang sudah tak dekat lagi, namun hati ini masih memiliki. Berbincang bincang dengan teman satu perjuangan memang tak ada habisnya, sampai masalah jodoh sekalipun.. waktu pun sudah menunjukkan jam 8 malam, saatnya pulang. Setelah puas memandangi Bandung dari ketinggian, jalan berkelok dan menurun pun menumbuhkan adrenalin kami. Beberapa jam saja rasanya kurang namun setidaknya kami bisa melepas penat, ketika curhat lega rasanya hati ini, beban seakan berkurang, pada kesempatan kali ini mungkin aku tak bisa menutupi rasa bahagia ini, terima kasih sahabat, refreshing yang menyenangkan. Jangan sampai kamu kehilangan sahabat, teruslah jalin persahabatan karena sahabat itu bisa menjadi penyejuk hatimu setelah kedua orang tua dan sodaramu. Boleh jadi suatu saat kamu akan merindukannya, bahkan pertolongan Allah datang melalui sahabat. Sahabat merupakan bisa menjadi pengingat serta penyemangat. Saat kamu gelisah, sedih, bimbang dan bahagia sekalipun. Jangan sampai kamu kehilangannya karena momen berharga itu tak terulang kembali.
Sunset di Caringin Tilu, Bandung
Waktu sangatlah berharga dan sahabat juga berharga, tidak mudah menemukan sahabat saling mengerti tahu benar bagaimana karakter kita, mungkinkah kita mudah melepasnya? Tentu terlalu berharga jika kita melepasnya begitu saja, di tempat lain mungkin tak mudah menemukan sahabat,

Karena sahabat itu tidak perlu dicari, tapi akan datang dengan sendirinya, sejauh apapun jaraknya namun kamu akan tetap mengingatnya, komunikasi tetap berjalan dan mengagendakan untuk bersilaturrahim. Terkadang tanpa alasan kamu menemui sahabat, terkadang kamu punya alasan tersendiri untuk itu. Sahabat, jagalah ia dan jangan pernah sekali-kali melupakannya. Nantikan trip selanjutnya kawan...!

Selasa, 02 Juni 2015

Antara Dua Dunia



Alun-Alun Bandung, menyajikan tempat hiburan


Hidup tak selalu berjalan sesuai keinginan, tak selamanya linier. Hidup selalu dinamis mengikuti perubahan waktu. Sesudah mengenyam dunia perkuliahan strata 1 saya pun mengalaminya, seperti halnya pemikiran waktu SMA dulu, selalu terbayang dunia kuliah seperti apa. Perbedaan pun terasa, mulai dari pola belajar, pola berfikir hingga pola hidup pun berbeda. Iya kan? Tentunya sesudah massa perkuliahan itu selesai dan memasuki dunia kerja dalam beberapa bulan, sudah ada beberapa perbedaan yang dirasakan selama ini. Apa saja?

1. Memilih tempat kerja,

Dalam memilih tempat kerja bisa menjadi alasan, entah kenapa ini merupakan satu hal yang terpenting, karena apa? Karena menentukan segalanya, menentukan poin-poin selanjutnya. Hmm.. dulu pun saya sangat berharap untuk mendapatkan pekerjaan di Bandung. Kenapa Bandung? Karena kuliah di Jatinangor selalu akrab dengan Bandung dan ada saudara juga. Satu hal lain, banyak teman kuliah di Bandung juga, sejuk pula. 
Seiring berjalannya waktu, sebab desakan waktu dan berbagai hal tempat dimana pun akan diterima. Hal tersebut terjadi karena tidak setiap kesempatan selalu hadir sesuai yang saya inginkan saat itu. Intinya, untuk beberapa saat pengalaman dulu lah, dari pada menolak rezeki yang diberikan Allah SWT, sebab boleh jadi kesempatan pertama akan menentukan peluang selanjutnya. Kesempatan terkadang lebih sering datang dari zona tidak nyaman. 
Satu tekad yang saya pegang yaitu, bekerja di tempat orang itu untuk belajar bagaimana membangun kehidupan di daerah tempat saya lahir, jangan sampai melupakan kampung halaman. Karena tidak akan selamanya juga berada di negeri orang.

2. Lingkungan kerja,

Tentu saja, lingkungan kerja sangatlah berbeda dengan dunia kampus. Di sini saya sama sekali harus terus berhati-hati. Bukan lagi main-main, masalah tekanan juga sangatlah berbeda, boleh jadi ketika di kampus, tekanan datang dari IP, organisasi dan satu lagi.. skripsi. Alhamdulillah, ketika masih ngampus tak ada yang disesali, karena di dunia kampus saya bisa belajar banyak hal. Lain halnya dunia kerja, lingkungan yang lebih banyak serius, kamu harus sadar rekan kerja punya dunianya masing-masing, berbeda dengan dunia kampus saat ngekos, banyak teman dari berbagai jurusan dan angkatan mampu berbaur dan berbagi dunianya. Banyak hal yang dilakukan sama-sama seperti dalam kegiatan tertentu. Sampai saat ini pun,saya masih silaturrahim dengan sahabat-sahabat, teman sekampus,  teman sekosan dulu sampai teman sedaerah sekalipun. Ya nikmatilah dan syukuri saja, lakukanlah selagi sempat. 



3. Adaptasi lingkungan dan pergaulannya
Mengenai adaptasi lingkungan, tampaknya jauh berbeda dengan ngekos saat ngampus dulu. Kebanyakan orang bekerja tak mementingkan pergaulan tempat kosnya, hidup hanya mementingkan diri sendiri, hati-hati boleh jadi menjadi salah satu alasannya, saat ini saja saya hanya tahu beberapa orang saja namun tidak terlalu akrab. Bahkan ada yang saya tak kenal sama sekali, Tempat kos hanya untuk tidur saja, berangkat pagi pulang malam. Ya wajar saja.. 
Hari Sabtu ahad bagaimana? Tak usah ditanya, super sepi. Ya nasib lah, lebih baik refreshing saja di tempat teman atau pun sodara dari pada harus berada di kosan sendirian. Jauh banget ketika masih kuliah, selalu akrab dengan teman lain satu kosan. Saya sendiri menyadari bahwa lebih mudah menemukan teman akrab di dunia kampus dari pada dunia kerja. Namun demikian, terkadang situasi ini membuat saya berpikir inilah siklus, saya beruntung masih bisa berjumpa dengan sohib-sohib di dunia kampus.
Pemandangan Bandung terlihat dari Caringin Tilu.

4. Kuliner dan tempat refreshing

Kuliner, ya.. itu dia. Terkadang memang membosankan dengan masakan itu itu saja. Di tempat sekarang, menu yang masih bisa dihitung dan rasa yang biasa-biasa saja sungguh menyebalkan, terkadang jajanan dan tempat makan yang kurang sehat malah mendatangkan penyakit. Di tempat ngekos dulu, dekat tempat kuliah yang notabene kawasan pendidikan, tentu saja banyak tempat yang berjamuran. Menu yang banyak pilihan dan enak pula. Andaikan tempatnya di Bandung, eh kok Bandung lagi..? maaf ternyata saya masih cinta dunia kampus, Bandung dan hingga saat ini belum bisa move on hehehe. 
Demikian sekilas mengenai perbedaan antara dua dunia, semoga kamu nggak mengalaminya.. Hehehe mungkin dunia ini sudah terlalu berbeda, jadi perlu penyeimbang. Mudah-mudahan ke depannya dapat lingkungan yang lebih baik. amin.. Dunia tak lagi sama, waktu pun terus berlalu. Hati ini terus ingin bersama meskipun sudah terlalu jauh. 

Rabu, 13 Mei 2015

Sempatkanlah





Akhirnya ngeblog lagi, setelah beberapa bulan absen.. kesempatan itu suatu hal yang bisa kita lakukan menurut saya, karena sifatnya pilihan kamu boleh mengambil dan mengindahkannya. Dalam hidup yang dibatasi oleh ruang dan waktu, di sanalah kesempatan itu muncul. Kita tak bisa merubah waktu dan ruang yang tersedia, Allah SWT lah yang mengaturnya sedemikian rupa, manusia hanya bisa memanfaatkannya. Saat kesempatan yang datang, waktu yang tercatat tak bisa terulang, itulah kenapa “kesempatan tidak datang dua kali”ya karena waktunya sudah berbeda.

Waktu terus berjalan dan makin hari kita akan menjadi tua, apa yang kita miliki saat ini patut disyukuri, ketika masih ada orang tua maka gunakanlah kesempatan untuk berbakti dan membalas jasanya sebisa mungkin. Mungkin ada yang bertanya-tanya mengapa saya sering pulang kampung sebulan sekali di Ciamis, walaupun jauh.. ketika masih memungkinkan kenapa tidak, memanfaatkan kesempatan karena aku tidak pernah tahu kesempatan untuk pulang kampung datang kapan lagi.. orang lain boleh bilang “libur Cuma dua hari mah Cuma capek di jalan” tapi dalam hati.. iya orang tuaku ga pernah bilang capek ngurus aku sampai sekarang, walaupun kurang tidur tapi tak pernah dirasakan. Semua demi anaknya, selalu mengalah demi anaknya, masa sih saya tidak bisa seperti mamah dan bapak melakukan pengorbanan seperti tak merasa lelah. Terlahir di keluarga yang terdidik untuk sederhana dan untuk selalu menghargai pengorbanan orang tua, serta merasakan bagaimana pengorbanannya selama ini adalah pelajaran paling berharga bagi hidup saya.

Semoga  datanglah kesempatan untuk membalas kebaikan yang tulus dengan yang lebih baik lagi, karena rosul pernah bersabda yang intinya, sampai kapan pun seorang anak tidak akan pernah bisa membalas menyamai pengorbanan orang tua kepada anaknya.

Berbeda kesempatan tentu Momennya akan berbeda pula. Sebelum aku disibukkan dengan hal lainnya, sebelum waktu sempit datang dan selama aku sanggup mengambil kesempatan itu. Bertatap muka langsung dengan orang tua tentu akan berbeda dengan hanya menelpon saja. Apa yang bisa dikejakan saat itu, dengan membahagiakan orang tua maka kerjakanlah, selagi bisa. Jangan sampai karena alasan sibuk, sebenarnya karena niat menyempatkan untuk berkumpul bersama orang tualah yang menjadi awal. Innamal a’malu binniyat.. setidaknya dengan niat Allah pun akan memberikan jalan-Nya agar kesempatan itu datang dan terkabul.

 seiring berjalan waktu setiap kesempatan yang ada untuk pulang kampung, saya tak pernah melewatkannya begitu saja, walaupun jalanan macet dsb. saya mengerti kesempatan itu tak mudah diraih, namun bila kesempatan itu datang, maka jangan pernah menyia-nyiakannya. Jangan sampai menyesal di kemudian hari.

Just relax, kesempatan itu tidak akan datang dua kali
Ambil atau tinggalkan, jangan sampai menyesal

Untuk kamu yang belum menyempatkan pulang kampung, pulang lah selagi bisa, selagi sehat dan selagi kamu luang, luangkanlah sebagaimana orang tua mu tidak pernah merasa sibuk untuk mengurusmu sampai sekarang.

kalau tidak sekarang kapan lagi.

Sabtu, 07 Februari 2015

The Day After Wisuda



Wisuda merupakah momen yang ditunggu-tunggu, melepas label yang melekat berapa pun lamanya. Namun, bersiaplah kawan. Bersiaplah menjadi pesaing sesungguhnya. Ketika sering saya utarakan, lebih sering datang ke wisudaan orang lain sebelum saya diwisuda..  Percayalah itulah siklus kehidupan, orang lain pun mengalami hal yang sama, ketika saya wisuda dan orang lain belum wisuda. Saya pun berpikir bahwa nanti juga ada waktunya, dan pada akhirnya teman-teman yang lain melepas status mahasiswa. Selagi berusaha momen bahagia itu akan datang. Insya Alloh.

Namun pada akhirnya waktunya datang juga, disamping kebanggaan menjadi seorang sarjana namun beban juga terasa lulus. Hal yang tak boleh dilupakan adalah.. Tujuan kamu setelah lulus, mau jadi apa? Pengusaha? Bekerja? Lanjut S2 atau Menikah? (bagi yang sudah menikah gak masuk list ya haha). Setidaknya menetapkan tujuan yang bakal ditempuh? Bagaimana caranya?




Hal yang perlu dipastikan adalah jangan sia-siakan waktu setelah wisuda, isilah dengan hal-hal yang bermanfaat. Jangan sampai status pengangguran menjadikan beban yang menggunung. Semakin kita mengasah diri maka akan ada jalan-Nya. Karena kita tidak pernah tahu kita akan seperti apa nantinya, berusaha membuka pintu sebanyak mungkin, siapa tahu pintu-pintu yang kita buka mendatangkan rezeki. Terkadang ketika hanya berusaha mengarah kepada satu tujuan hanya akan membuat payah jika tidak terpenuhi. Membuka peluang sebanyak-banyaknya patut dicoba. Nasib, ya nasib orang siapa yang tahu, jangan sekali-kali meremehkan orang lain, karena kita tidak pernah tahu secara detail yang terjadi pada orang lain.


Setidaknya setelah lulus kuliah, kedewasaan kamu sedang diuji. Kesabaran terutama, sanggupkah untuk melepas beban dari orang tua, belajar sedikit demi sedikit. Momen wisuda memang sebentar, namun proses mendapatkannya lah yang sangat berharga. Begitu susah payah dan orang tua pun begitu senang atas orang raihan gelar yang diperoleh. berterima kasih kepada orang tua merupakan hal yang wajib kepada kedua orang tua kita, karena tanpanya hampir mustahil kita bisa mengenyam pendidikan setinggi ini. Lepaskahlah beban, yakinkanlah orang tua bahwa kelak akan bisa membanggakannya dan bisa menjadi orang yang mandiri.

Rabu, 04 Februari 2015

Teman atau sahabat?




Sedikit bercerita mengenai perjalanan dua bulan ini, siapakah yang kamu butuhkan? Teman atau sahabat? Apa itu teman dan apa itu sahabat, seperti perjalanan saat ini. Teman mungkin silih berganti dalam waktu yang singkat, hari ini berteman besok entah ke mana. Sahabat biasanya sering menjadi sehari-hari untuk bergaul, canda tawa maupun saat sedih. Saat tertawa lepas itulah bentuk kedekatan seorang sahabat, bukan menertawakan ya.. Baik atau tidak itulah sahabat, kadang berantem tapi itu pun sesaat.

Bagaimanapun, di dunia ini kamu maupun saya sekalipun, mempunyai teman ataupun sahabat sangatlah penting. Hidup seakan hampa tanpa teman, karena manusia makhluk sosial, butuh berinteraksi dengan orang lain. Saat tak ada orang lain, hidup terasa hampa. Tak ada siapapun yang bisa diajak bicara, saat itulah saya lebih baik bepergian entah ke mana hanya untuk bertemu teman maupun sahabat. Seperti saat yang saya rasakan saat ini, mencari teman dan menemui sahabat lama sering dilakukan tiap akhir pekan. Hahaha.

Persahabatan terbentuk karena adanya satu visi dan satu tujuan, memiliki kesamaan dalam pergaulan. Entah karena apa memang persahabatan terbentuk sendiri, jika memang berbeda visi maupun pergaulan tentu tak akan  terbentuk dengan mudah. Pengaruhnya pun cukup kuat, baik secara kedekatan personal maupun kebersamaan yang sulit untuk dipisahkan. Meskipun sudah berpisah jauh namun komunikasi tetaplah berjalan sedemikian rupa. Percaya atau tidak itulah yang terjadi.

Kejadian yang mengesankan pun terjadi, Berawal dari status FB bulan lalu malah kejadian bisa travelling bareng ke Pangandaran, padahal sebelumnya tidak direncanakan sama sekali. Ya.. sama sekali. Saya pun masih heran, dan bersyukur bisa dipertemukan kembali bareng temen sekaligus sahabat FMIPA di Kampus Unpad tercinta kemarin, ada saja jalan untuk mempersatukan persahabatan walaupun dengan kesibukan masing-masing, rasa memiliki itu pun masih ada.

 Its Simple, Seperti Nikmatnya sehat terasa saat sedang sakit begitu pun nikmatnya kebersamaan terasa saat sedang sendiri.