Sebuah misteri
Pagi ini, waktu menunjukkan pukul 03.30 WIB, aku terbangun
dari tidur. Tak ada mimpi semalam, tidur begitu lelap. Semilir angin berhembus
di tengah dinginnya malam, ternyata bis yang saya tumpangi sudah sampai tasik.
Bergegaslah turun dari bis untuk melanjutkan perjalanan ke Ciamis, berdiri di
antara orang-orang yang juga sama sepertiku menunggu bis ¾ untuk melanjutkan
perjalanan. Setelah menunggu beberapa menit, datanglah bis jurusan Cilacap.
Bis yang aku tumpangi sudah ada beberapa orang yang naik, waktu pun menunjukkan
jam 03.40 WIB, di tengah perjalanan, tepatnya di daerah Cikoneng, Ciamis.
Seorang bapak-bapak naik dengan membawa dua karung besar yang berisi kerupuk.
Dalam pikiran, dua karung kerupuk tadi tidak lain ada adalah untuk dijual.
Waktu itu otak itu berfikir keras, di jual kemanakah kerupuk tadi? Mungkin di
daerah banjar. Tapi sejauh itukah? Sampai aku turun pun, bapak itu belum turun
juga, sudah dua kali aku menyaksikannya dalam waktu yang berbeda, Dalam hati
ini bergeming, tak sempat aku tanyakan kepada bapak-bapak tadi. Posisi tempat
duduk yang lumayan jauh dan aku sudah hampir sampai tujuan. Aku pun turun di
pamalayan dan sudah ada kakak yang menjemput. Tepat pukul 04.15 WIB akhirnya
sampai di rumah. Melanjutkan prasangka tadi, kurasa bapak tadi membawa kerupuk
untuk dijual sepagi itu? Mungkin dari jam 03.00-an dia sudah menunggu bis utk
mengantarkan kerupuk tadi. Di luar sana banyak yang masih tidur, dan belum
memulai aktivitasnya, bapak-bapak tadi sudah siap memulai aktivitasnya mencari
nafkah, kalau bukan untuk keluarganya, Siapa lagi? Jam betapapun tak lagi ia pedulikan untuk
mencari nafkah, nafkah yang ia cari sebagai bentuk ibadah dan bentuk tanggung
jawab sebagai kepala keluarga.
Kawan, sudahkah hari ini kita bersyukur? Bersyukur dengan
nikmat yang Allah berikan, nikmat sehat, menghirup udara segar, terkadang kita
mengeluh dengan keadaan kita saat ini padahal di luar sana ada orang yang lebih
berat aktivitasnya namun mereka tidak mengeluh, satu sisi cobalah renungkan,
pada orang terdekat kita, misalnya ayah dan ibu, bagaimana aktivitas
sehari-harinya, di saat orang lain tidur, ia sudah disibukkan dengan mencari
nafkah demi keluarganya, di saat orang lain beristirahat, ia masih beraktivitas
hingga tak terasa kantuk mulai menyerang, kurang tidur setiap hari begitu
seterusnya.
Mudah-mudahan ada hikmah di setiap perjalanan yang kita
lalui, ada pelajaran yang kita ambil supaya terus berubah ke arah yang lebih
baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar