Rabu, 09 Maret 2016

Sepenggal Kisah Umar bin Khattab 2



Inilah salah satu kisah paling terkenal dari Khalifah Sayyidina Umar Ibn Al-Khattab, kejadian di mana ia sedang berkeliling melihat keadaan rakyatnya. Pada tulisan sebelumnya disebutkan bahwa rakyat kerap melihat Sayyidina Umar memanggul sekarung tepung dan gandum, sekantong minyak dan kurma untuk ia bagi-bagikan ke rumah janda-janda dan anak anak yatim, ia sendiri yang mengantarnya dan inilah salah satu kisahnya.

Aslam bercerita: aku dan Umar menuju Harah. Ketika tiba di daerah Shahar, kami melihat percik nyala api. Umar berkata, “Wahai Aslam, aku melihat cahaya di sebelah sana. Mari kita ke sana.”Kami pun bergegas ke tempat itu. Kami terperanjat seorang perempuan bersama anak-anaknya. Di depannya sebuah periuk sedang dipanaskan di atas api. Umar lantas menyapa mereka,

“Assalamualaikum, wahai pemilik cahaya (Umar sangat risih untuk menyapa mereka dengan sapaan wahai pemilik api [ashabun naar]). Perempuan itu menjawab ”Waalalaikum salam.”
“Bolehkah aku mendekat?”
“Mendekatlah dengan baik-baik atau pergilah.”
Kami pun mendekat ke perempuan itu.
“Kalian sepertinya ada masalah?” tanya Umar.
“Malam dan dingin menahan kami”
“Lantas apa yang kau masak di periuk itu?”
“Isinya air agar mereka diam dan bisa tertidur. Sesungguhnya Allah berada di antara kami dan Umar.”
“Semoga Allah mengasihimu. Apa yang kau ketahui tentang Umar?”
“Umar memerintah kami, menjadi pemimpin kami, lalu melupakan kami.”
Umar lalu menemuiku dan berkata, “Ayo kita pergi.” Kami pun keluar dan langsung ke gudang gandum. Umar mengambil sekarung dan sekantong minyak. “Biarkan aku yang memanggulnya,”Tegas Umar.
Aku pun berkata, “Tidak, biarkan aku yang membawakannya untukmu.”
“Apakah kau akan menanggung dosaku di hari kiamat nanti?”
Aku pun membantunya. Kami segera kembali ke perempuan itu. Ketika tiba, kami meletakkan dan membuka barang bawaan kami di depan perempuan itu. Umar lalu berkata ke perempuan itu, “Biarkan aku yang memasakkannya untukmu.”Umar pun memasukkan gandum itu ke dalam periuk, juga meniup-niupkan api agar dapat menyala besar, hingga aku melihat asap keluar dari sela-sela janggutnya yang tebal. Umar menurunkan periuk itu lalu menyuguhkannya untuk mereka. Kemudian Umar berkata kepada perempuan itu, “Suapilah mereka, biarkan kau yang meniriskannya.” Anak-anak itu pun makan dengan lahap hingga kenyang. Perempuan itu berkata kepada Umar, “Semoga Allah membalas kebaikanmu.”
Hingga saat itu perempuan tersebut tidak mengetahui bahwa orang di hadapannya adalah Umar, Amirul Mukminin. Umar lalu segera berpamitan untuk kembali melanjutkan ronda. Perempuan itu pun mengucapkan terima kasih  dan berkata, ”Semoga Allah membalas amal baikmu. Demi Allah, engkau lebih baik dan lebih pantas menjadi khalifah daripada Umar.” Umar hanya tersenyum dan menjawab, “Semoga demikian.”


Dari kisah di atas kita dapat mengambil hikmah dan teladan dari seorang Umar Ibn Al-Khattab, begitu lembutnya hati Umar di hadapan rakyatnya di samping Umar dikenal sebagai sosok yang keras dan tegas. Jika dibayangkan saat ini sulit mendapati pemimpin seperti Umar. Ia diberi gelar Al-Faruq yang artinya pembeda, membedakan mana yang haq dan mana yang batil. Ketika sebelum memeluk Islam, Umar sangat membenci Rasulullah SAW namun setelah ia membaca ayat Quran yang ia dengar sepupunya Sa’d bin Zaid dan saudara kandungnya Fatimah ia merasakan ketenangan dan resmi memeluk Islam saat menghadap Rasulullah SAW. Ia menjadi menjadi benteng terdepan dalam barisan untuk membela Rasulullah SAW. Bagaimana menurutmu penuturan kisahnya? Saya pun merinding membaca kisahnya, merasa terharu membaca kisah Umar yang satu ini. Ia sangat takut kepada Allah semoga kita juga termasuk golongan orang-orang yang takut kepada Azab Allah.  Aamiin. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar